Halaman

Rabu, 26 Juni 2013

Wanita Suka-suka

“selamat pagi, Buk..”
“eh, eh.. Jangan panggil ibu, saya masih muda. Panggil Dini aja..” *cie, sok muda lo mba.. :p

Mungkin itu sepenggal percakapan pembuka saya dengan wanita ini.

Wanita berjilbab ini adalah teman sekantor saya. Saya mengenalnya ketika hari pertama saya masuk kerja. Hampir 6 bulan saya bekerja di kantor ini, dan dia adalah salah satu partner kerja saya. Kami berada dalam satu tim dan sering bekerja bersama dalam sebuah proyek.

Banyak hal yang sudah kami lewatkan berdua. Kalau saya lagi punya masalah dan butuh teman cerita, dia selalu siap siaga mendengarkan cerita saya. Dia juga tidak pernah sungkan untuk bercerita mengenai apa yang sedang dia rasakan. Sering juga kami bergosip tentang orang-orang kantor. Hihi.

Dia sudah saya  anggap sebagai kakak saya sendiri (hai kak..!). Apapun yang sedang saya rasakan, baik di kantor, di rumah, maupun dimana saja, langsung saja saya ceritakan ke dia. Apalagi masalah percintaan, dia sudah ahli dan master dalam hal ini. *ups, mulai curhat..

Tapi saya sudah paling sebal kalau dia mulai bertingkah seperti “horang kaya” dan sok tau. Rasanya kalau dia sudah sok tau dan tidak mau mendengarkan pendapat dari orang itu ingin banget saya jejelin cabe rawit dua kilo. Hih. Kepala batu dan susah diatur.

Tapi kadang dia juga sangat menyenangkan, apalagi kalau lagi bawa makanan banyak. Makanan favorite yang sering dia bawa adalah malkist roma rasa abon. Favorite our team. Hehee. Sering juga dia membawa gorengan dan kue-kue pasar. Suka kasihan juga sih kalau deadline pekerjaan sedang banyak, tapi apadaya, saya juga tidak bisa membantunya. Maap ya sistah! :*

Saya juga sering main ke rumahnya dia dan orang tuanya juga baik sekali. Suatu ketika, saya dan dia pergi ke Bandung untuk melaksanakan tugas kantor. Di Bandung, selain bekerja, kita juga bersenang-senang bersama. Berfoto-foto ria. Wisata kuliner khas Bandung. Jalan-jalan menyusuri kota Bandung. Belanja sana-sini. Begitu menyenangkan!

Kalau sehabis pulang kantor, dia sering nebeng naik motor saya. Tapi itu dulu, ketika jiwa dan raga saya masih kuat untuk mengendarai sepeda motor. Tapi kini sudah renta dan tak kuat lagi. Hanya sesekali saja.

Kalau ditanya apa pandapat saya mengenai dirinya, saya akan menjawab “dia adalah wanita yang suka-suka. Suka-suka nyebelin. Suka-suka ngangenin. Suka-suka pengen nabok. Pokoknya suka-suka deh.” Hhahaha ^,^

Semoga dirimu selalu diberikan keberkahan dan selalu dimudahkan dalam segalanya.. aamiin..


  


Agama dan Tradisi

Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 24 Juni 2013 adalah hari Nisfu Sya’ban. Nisfu Sya’ban berarti pertengahan bulan Sya’ban. Menurut beberapa artikel yang saya baca, banyak sekali keutaman di bulan Sya’ban ini, salah satunya adalah Allah membukakan pintu maaf dan pada malam tersebut semua buku amalan ditutup. Tapi kalau buku amalan ditutup, berarti setelah itu amal kita tidak akan tercatat lagi? Tidak juga kan? Hhehe.

Anyways..

Pada tulisan kali ini, yang akan saya bahas adalah mengenai agama dan tradisi. Jadi biasanya pada malam Nisfu Sya’ban itu, ada beberapa kalangan yang melakukan ritual Yasinan (membaca surat Yasin) dan menaruh beberapa air untuk didoakan. Begitupun dengan saya, di lingkungan perumahan saya juga melakukan hal ini.

Nah, saya menceritakan hal ini kepada teman saya di kantor. Dan tahu apa jawabannya? “Memang yasinan tuh apa sih? Gunanya untuk apa? Terus ngaruh sama air yang ditaruh dan didoakan tersebut?”. Spontan saya langsung merespon dan mengatakan “jangan pernah kaitkan agama dan logika. Karena agama tidak bisa diukur dengan logika.”

Mari kita bahas satu per-satu..

Pertama, apa gunanya yasinan? Ya coba dipikir ulang deh, daripada hanya sekedar menonton televisi dan tidur-tidur-an, alangkah lebih baik kalau kita membaca salah satu surat yang ada di Al-Quran bukan? Masihkah ada pertanyaan kegunaan dari yasinan? Tell me right now…

Kedua, apa gunanya taro air yang didoakan? Saya pernah membaca salah satu artikel yang mengatakan bahwa zat-zat yang terkandung didalam air akan berubah ketika dibacakan doa. Dan saya percaya akan hal itu. Coba saja searching di internet kalau tidak percaya.

Ketiga, mengapa harus melakukan ritual tersebut? Bukankah sudah cukup dengan sholat di rumah saja? Okey, ritual yasinan  dan air tersebut merupakan sebuah tradisi. Agama dan tradisi tidak dapat dipisahkan. Waktu saya duduk di bangku kuliah, saya mempelajari satu teori dari Emile Durkheim. Durkheim mengatakan bahwa agama adalah 
Suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.
Jadi, semua orang bebas melakukan apa saja demi mencapai rohani yang sempurna. Kalau memang menurut sebagian orang kegiatan yasinan itu tidak penting dan tidak bermakna, ya silahkan saja. Karena cara orang beragama-pun berbeda-beda, mulai dari tradisional, formal, hinggal rasional.

Kita kan tinggal di Negara hukum yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), jadi kita juga bebas dalam beragama. Asalkan sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku dan tidak melanggar nilai dan norma yang ada.

Oia, satu hal lagi yang ingin saya tekankan. Kalau memang kalian tidak pernah sepakat dengan tradisi yang dilakukan seseorang, janganlah kalian mempengaruhi orang-orang untuk tidak melakukan tradisi itu. Biarlah mereka menentukan mana yang baik bagi dirinya dalam mencapai keimanannya terhadap Allah SWT. 
Sebab, cara seseorang dekat dengan Tuhannya sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Pesan saya untuk tulisan ini adalah terapkan sikap TENGGANG RASA yang pernah kita pelajari semasa di bangku sekolah.


Cheers  ^_^



Fitta Amellia L.