Halaman

Rabu, 01 Januari 2014

Ini Rejekiku, Mana Rejekimu?

Oke, kali ini saya akan membahas mengenai rejeki. Yuk diskusi :)


Jadi ceritanya beberapa hari yang lalu saya berkumpul dengan teman-teman semasa SMA saya. Kami berbagi cerita tentang pekerjaan kami masing-masing. Ada yang bekerja di bagian keuangan, ada yang bekerja sebagai guru, ada yang bekerja di bidang marketing, menjadi guru dan menjadi analis kimia. Ada seorang teman saya yang baru saja mengalami kegagalan dalam serangkaian tes di salah satu lembaga keuangan Negara. Dia mengatakan kekecewaannya karena tidak lolos pada tahap terakhir. 

Hal ini membuatnya sangat sedih dan kecewa hingga dia mengurung diri dan menangisi hal tersebut. Dengan rasa sedih dia menceritakan bagaimana dia berjuang untuk mengikuti serangkain tes tersebut. Sedih sih mendengarnya. Apalagi saya sebagai teman sangat tahu sekalo bagaimana usaha yang dilakukan olehnya untuk masuk ke lembaga keuangan nasional ini.

Terus, baru saja tadi malam saya mendapat kabar bahwa salah satu teman saya tidak lolos juga dalam proses penerimaan pegawai baru di bank utama di Indonesia. Tidak jauh berbeda dengan teman saya yang sebelumnya. Dia sangat kecewa dan sedih dengan hasil akhir yang dia dapatkan. Apalagi usahanya untuk sampai tahap terakhir itu memang sangat penuh dengan perjuangan sekali. Yes, I know that because she always told to me what happen with her.

Dan saya juga pernah berada seperti kondisi mereka saat ini. Saya merasa dunia ini ga adil. Kalo dipikir-pikir kurang apalagi sih usaha kita? Sholat, iya. Puasa, iya. Sedekah, iya. Cuma kita kurang beruntung ajah dibanding mereka yang lolos itu.

Agak bingung sih sebenernya kalo mau kasih saran sama orang yang sedang dalam kondisi desperate gini. Mau bilang ‘sabar ajah ya’ pasti itu udah klasik banget. Jadi saya Cuma bisa bilang, ‘rejeki itu sudah diatur koq, bahkan ketika usia kita 4 bulan dalam kandungan ibu kita’. Meskipun hal tersebut sangat obvious, tapi emang kaya gitu kenyataannya.  Honestly,  saya juga yakin kalo mereka sadar bahwa rejeki itu memang sudah ada yang mengatur. Apapun itu bentuknya.

Disisi lain ada teman saya juga diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Seneng banget denger kalo temen deket sendiri keterima PNS. Ngerasa bangga ajah gitu punya temen yang beruntung banget.

Oke. Sekarang kita bisa ngeliat 2 sisi yang sangat berbeda. Kalo takdir kita bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan itu tercapai, Alhamdulillah banget, kaya teman saya yang menjadi PNS. Tapi kalo ternyata keingin kita tidak dikabulkan oleh Allah? Pasti sedih banget dan banyak pikiran-pikiran negative tentang rejeki itu sendiri.

Well, sebenernya apa sih yang kita cari di dunia ini? Kebahagiaan dan keberkahan. Menurut saya sih ya dua hal itu. Gimana caranya kita bahagia tapi masih dapet berkah dari Allah. Percuma ajah kita kaya raya tapi uang dari hasil korupsi atau mencuri. Ga berkah sama sekali. Lebih baik berkecukupan tapi penuh dengan keberkahan.

Setiap kita berdoa kepada Allah, pasti ada doa untuk selalu dilancarkan rejeki kan? Berarti kita itu sebenernya meminta rejeki kepada Allah, bukan meminta harta. Makanya kita harus bisa mensyukuri rejeki sekecil apapun itu yang diberikan oleh Allah SWT. Sakit, sedih, bahagia, kaya raya, susah, itu semua merupakan rejeki yang Allah kasih buat kita. Tinggal kita ajah yang mau menanggapinya seperti apa.  

Barusan banget, saya abis nonton ustad Maulana di trans TV. Dia mengatakan bahwa ada tiga hal yang kita tidak boleh puas : IBADAH, SEDEKAH, ILMU. Tiga hal itu kalo kita sampe puas, maka kita akan termasuk orang yang merugi. Teruslah beribadah agar kita tau kepada siapa kita menyembah. Terus sedekah, biar kita selalu tidak merasa menjadi orang yang paling miskin. Carilah ilmu sampai kita tidak mampu membaca lagi.

Selain itu, ada tiga hal juga yang kita harus puas : MAKANAN, REJEKI, PASANGAN. Nah, makanya kalo kita sering menjelek-jelekan makanan itu salah loh. Kalo kita ga pernah puas dengan apa yang kita makan, celaka banget. Misalnya ajah kalo suami yang selalu complain tentang masakan istrinya, dijamin rumah tangganya ga tenang. Begitu juga dengan rejeki dan pasangan. Merasa cukuplah kita dengan apa yang kita miliki sekarang. Bersyukur dengan apa yang ada dihadapan kita saat ini.

Loh, bukannya kita itu harus mencari yang terbaik?

Iya, betul memang setiap orang selalu berusaha mencari yang terbaik. Tapi pertanyaannya sampai kapan kita akan mencari yang terbaik kalo kita selalu mencari dan tidak puas? Ini sih jadi renungan buat masing-masing pribadi dari kita aja. Toh, Allah juga akan selalu punya cara untuk memberikan yang terbaik untuk umatNya. Percaya deh J

Well, sedih boleh, tapi jangan sampe putus asa dan mengutuk keadaan diri yaa. Percaya dengan diri sendiri dan yakin bahwa akan ada rencana Allah yang lebih indah dari sebelumnya.

God always give what you need, not what you want


NB: Dedicated to all of my friends who feel desperate and disappointed with this world 



1 komentar: